a Grave in Gaza ... Different Kind Detective Novel...

10:45 PM 0 Comments


Ketika saya membuka wikipedia dan membrowsing tentang Sherlock Holmes, saya mencoba membuka kategori Detektif Fiksi. Ketika halamannya terbuka, terlihat berbagai nama detektif fiksi yang ada tetapi yang menarik perhatian saya adalah sebuah nama arab yaitu Omar Yussef. Dan saya langsung mengklik nama itu, keluarlah sebuah biografi fiktif tentang seorang bernama Omar Yussef, ditulis disitu bahwa dia adalah karakter utama dari seri novel kriminal karangan Matt Beynon Rees. Seorang warga palestina yang tinggal di Betlehem dan mengajar di sekolah putri yang didirikan oleh PBB. Dan terlintas di pikiran saya, WAH SEBUAH NOVEL DETEKTIF DENGAN ORANG ARAB SEBAGAI THE MAIN CHARACTER DAN HOLY LAND AS THE SETTING, NICEEEE!! dan ketika membaca artikel tentang pengarangnya Matt Rees, ditulis bahwa bukunya telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

Dengan bantuan Google, saya berhasil menemukan bahwa Novel yang telah diterjemahkan adalah buku kedua dari seri "An Omar Yussef Mystery" yaitu "a Grave in Gaza" dan telah diterbitkan oleh Dioma Publishing, sebuah penerbit yang berpusat di kota Malang. Besoknya saya langsung mencoba mencari buku tersebut dan langsung membelinya ketika menemukannya. Dan ternyata saya pernah melihat cover bukunya, tetapi saya kira awalnya itu adalah sebuh buku tentang teori konspirasi perang israel-palestina yang banyak beredar di sini, makanya saya tidak tertarik.

Bercerita tentang Omar Yussef bersama atasannya, Magnus Wallender yang pergi ke Gaza untuk melakukan pemeriksaan terhadap sekolah PBB yang ada disana. Tetapi ketika tiba, mereka dikejutkan kabar bahwa seorang guru di sekolah tersebut ditangkap atas tuduhan yang cukup berat, yaitu dianggap sebagai mata-mata CIA. Kabar itu secara otomatis membuat Omar Yussef dan Wallender merasa bertanggung jawab untuk membantu membebaskan guru itu. Dibantu oleh seorang skotlandia bernama James Cree yang merupakan personil PBB yang ditugaskan disana, mereka berusaha untuk menyelidiki apa yang terjadi. Ketika penyelidikan dilakukan, banyak kejadian yang menghalangi mereka. Wallender diculik dan mobil James Cree dibom. Yang memberikan gambaran bahwa Omar Yussef bukan sekedar berurusan dengan kasus dipenjaranya seorang guru, tetapi juga dengan konflik diantara para pemimpin faksi yang saling berebut kekuasaan dengan menghalalkan segala cara.

Yang paling menarik dari novel ini adalah settingnya tidak biasa, bertempat di daerah konflik dimana hukum tidak berlaku dan kehidupan keras para penduduknya. Keadaan politik yang panas dan berebut kekuasaan dan juga Omar Yussef sebagai karakter utama. Berbeda dengan Sherlock Holmes yang merupakan seorang yang berkelas dan Hercule Poirot yang selalu tampak rapi, Omar Yussef adalah seorang guru yang tidak kaya, hidup sederhana, tidak terlalu pandai menggunakan teknologi dan tidak menarik. Matt Rees benar-benar menggambarkan karakter utamanya sebagai seorang tua sederhana berusia 50 tahunan yang tidak menarik dan berkeluarga, benar-benar 180 derajat dari detektif-detektif fiksi terkenal lainnya. Dimana Sherlock ditulis sebagai seorang penyendiri yang tidak berkeluarga dan Hercule Poirot yang selalu peduli dengan penampilannya, Ommar Yussef hanya guru yang mempunyai perut buncit tetapi mempunyai kesamaan dengan mereka yaitu menggunakan pengetahuannya sebagai senjata untuk memecahkan misteri yang ada.

Matt Rees juga berhasil menggambarkan Gaza sebagai daerah yang kumuh, keras dan tidak berhukum. Sesuai dengan fakta yang ada, digambarkan sebagai kota yangbila ada kematian dalam suatu kekerasan adalah hal yang sangat biasa. Gaya penulisan yang membuat penasaran dan tidak bisa berhenti membaca menjadi nilai plus buku ini. Saya merekomendasikan buku ini jika anda seorang penggemar novel detektif dan mencari sesuatu yang beda.

Dioma Publishing, seperti yang dijelaskan Matt Rees kepada saya juga akan menerbitkan 4 buku Omar Yussef lainnya seperti, The Conspirator from Betlehem, The Samaritan's Secret dan juga buku keempat yang akan terbit versi inggrisnya tahun depan.
source:
Komentar yang dibalas oleh Matt Rees di blognya

Unknown

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 comments: